Minggu, 30 Desember 2012

Munajat Dalam Kegelapan !




Limpahan Cahaya Keagungan Nya semoga selalu menghiasi setiap nafas kita dalam keluhuran dan kesejukan,
Limpahan Puji atas Nya, Yang Maha Berhak atas segala pujian,
Limpahan Puji atas Nya, Yang Maha Tunggal Mencipta dan Mengawali Kesempurnaan dan Keindahan,
Limpahan Puji atas Nya Yang Maha Tunggal dalam Keluhuran dan keabadian.
            Shalawat dan Salam terindah semoga selalu tercurah pada semulia-mulia Makhluk Nya, pemimpin segenap Utusan Nya, Sayyidina Muhammad saw beserta keluarga serta Sahabat Beliau dan penerus akhir zaman.

Munajat Dalam Kegelapan

            Ketika sanubariku keruh dan terbenam dalam gelapnya kesulitan dan kesempitan, sanubariku meraung menahan sakitnya benturan benturan permasalahan yang bagaikan hujan lebat terus mendera tubuhku, aku berusaha menghindar dan menyelamatkan diri, namun hantaman hantaman kesulitan tindih menindih membuatku roboh tidak berdaya, panca inderaku gelap tidak memiliki rasa, mataku terbuka dan seluruh pemandangan berubah menjadi selubung pekat yang mengerikan, telingaku mendengar suara suara namun mendadak bagaikan dihambat dengan ketulian yang kelam, alam pikiranku lumpuh, kedua telapak tangan dan jari-jariku bergetar, hatiku bagai hangus terbakar oleh gemuruh lahar kerisauan...

            Apa yang bisa kuperbuat..., aku tidak tahu, semua jalan keluar yang kutempuh tertutup rapat..., semua orang masa bodoh atas kesulitan dan raunganku, seakan aku hidup sendiri di alam ini...

            Aku rebah terhenyak, Tiba-tiba terdengarlah suara lirih dari Firman Tuhanku...”WA NAADAA FIDHULUMAAT.. AN LAA ILAAHA ILLA ANTA.., SUBHANAKA INNIY KUNTU MINADDHALIMIIN.., FASTAJABNAA LAHU WANAJJAYNAAHU MINAL GHAMMI WAKADZAALIKA NUNJIYYIL MU’MININ..,” Aku tersentak kaget.. ah.. Kisah Yunus as.., ketika Allah swt menceritakannya dengan jelas, “DAN DIA (Yunus) MEMANGGIL (KU) DALAM KEGELAPAN.. BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ENGKAU, MAHA SUCI ENGKAU.. SUNGGUH AKU TERMASUK ORANG DHALIM.., MAKA KAMI MENJAWAB DOANYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KEGUNDAHAN DAN PERMASALAHAN DAN DEMIKIAN PULA KAMI MENYELAMATKAN ORANG ORANG MUKMIN” (Al Anbiya 87).

            Betapa sempit dan adakah lagi kesempitan dan kebingungan lebih dari yang menimpa Nabiyallah Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan raksasa dan hidup merangkak didalam perut hewan itu.. betapa busuknya.. betapa gelapnya.. betapa sempit dan kalutnya Yunus as saat itu, ditelan oleh seekor ikan besar dan dibawa kepada kedalaman Samudera raya...

            Ia tidak mungkin memanggil siapapun, tidak pula bisa berbuat apapun.. namun cerita ini dikisahkan kembali oleh Nya seakan Dia berseru : Akulah Raja Tunggal Maha Penguasa Kegelapan Samudera, Akulah yang Maha Menemaninya saat ia dalam kesendirian, Aku Maha Tunggal Mendengar tangisannya yang terbenamkan dalam pekatnya Samudera, Masihkah ada selainku yang mendengar panggilannya, Saat itu memang sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan selain Nya, maka Dia menceritakannya dengan indah : “Maka ia memanggil manggil Ku dalam kegelapan..” kegelapan perut ikan, kegelapan perasaan, kegelapan masalah yang terpekat.. ia memanggil manggil Ku dalam kegelapan.. Tiada Tuhan Selain Mu, Maha Suci Engkau, sungguh aku dari kelompok hamba yang dhalim...

            Tak ada keselamatan dari Siksa Nya selain dengan Kalimat Tauhid, sebagaimana Hadits Qudsiy yang berbunyi : “Laa ilaaha illallah adalah Benteng Ku, barang siapa yang mengucapkannya maka ia masuk dalam benteng Ku, barang siapa masuk dalam benteng Ku maka ia aman dari siksa Ku”.

            Maka Yunus as memulai doanya, memanggil manggil Maha Raja Penguasa Samudera Kegelapan dan Maha Menemani setiap kesendirian, Maha Raja Yang Menciptakan Terang Benderang dan Kegelapan di Kerajaan Alam Semesta, ia memulai doanya dengan, “Laa ilaaha illan anta” Tiada Tuhan selain Engkau.. Lalu Yunus meneruskan doanya dengan mensucikan Allah.. bertasbih kepada Allah.. Dia Yang Tak satupun menghalangi Pandangan Nya, Maha Suci Raja Yang selalu disucikan selamanya oleh sekalian Alam.., dan Dia pula telah berfirman : “KALAU BUKAN KARENA IA (Yunus) ORANG YANG SUKA BERTASBIH MENSUCIKAN ALLAH, NISCAYA IA AKAN TETAP DIDALAM PERUT IKAN ITU HINGGA HARI KEBANGKITAN”.

            Maka Yunus meneruskan doanya dengan kalimat SUBHANAKA Maha suci Engkau.. Inniy kuntu minaddhaalimiin.. sungguh aku termasuk golongan orang yang dhalim.. (Yunus as marah dan meninggalkan ummatnya sebelum diizinkan Allah), Ia mengadu, mengaku, dan berharap cemas semoga Maha Pemelihara Tunggal ini masih memaafkannya, maka Dia Allah meneruskan firman Nya, MAKA KAMI TERIMA SERUANNYA, DAN KAMI MENYELAMATKANNYA DARI KESULITAN.. Ah, betapa tak berartinya seluruh musibahku ini dibanding orang yang ditelan hewan raksasa lalu dibawa tenggelam ke Dasar Samudera.. muncul harapan dihatiku.. berarti aku harus banyak mengucapkan kalimat Tauhid, Tasbih dan mengakui kesalahanku pada Nya, Niscaya Dia akan menolongku dari kesulitan ini.. Tiba tiba batinku merintih lagi.. ah.. tak mungkin.. itukan untuk Nabi Yunus.., siapakah aku hingga akan pula akan ditolong Allah, ini hanyalah kekhususan Yunus as, Nabi Allah, tiba-tiba aku teringat akhir ayat itu.. WA KADZALIKA NUNJIYYIL MU’MINNIIN, dan begitu pula kami menyelamatkan orang-orang yang mukmin...

            Maha Suci Engkau Wahai Menyingkap kegelapan malam dan membuatnya terang benderang, beribu hati gelap dan pekat telah pula kau singkapkan kesedihan mereka dengan pengabulan doa hingga hati gelap dan kelam itu berubah menjadi terang benderang dengan kegembiraan oleh Matahari Keluhuran Mu.. Kau simpan rahasia kelembutan Mu dalam ayat pendek ini.., bahwa Kau Maha Siap mengulurkan jari-jari takdir kelembutan yang memutus rantai rantai takdir Mu yang mencekik dan menghanguskan sanubari ini dengan Munajat dan Doa kami, sebagaimana Hadits Nabi Mu saw, “Tiadalah Yang Mampu menolak ketentuan Nya, selain Doa”. Hanya doa dan rintihan di Pintu Kemegahan Mu yang akan menyingkirkan segala kesulitan ini...
            Maka aku bermunajat Sebagaimana Munajat Nabiku Muhammad saw : Wahai Allah, Demi orang-orang yang bermunajat meminta kepada Mu, Demi orang-orang yang bersemangat menuju keridhoan Mu, dan juga demi doa Yunus as dan seluruh pemilik sanubari luhur yang menginjak Bumi Mu dari zaman ke zaman, Demi berjuta telapak tangan yang telah terangkat bermunajat pada Mu, Demi Doa Yunus ketika didalam perut hewan raksasa di dasar Samudera.. Yang sebab doanya lah kau bukakan Rahasia pertolongan Mu, dan demi Keteguhan Ibrahim as yang membuat api Namrud menjadi tunduk dan dingin.. dan Demi Munajat Nabi Muhammad saw, yang merupakan Munajat Terluhur dari seluruh Munajat Hamba Mu di Kerajaan Alam Semesta, bebaskan Aku dari segala kesempitan.., bebaskan aku dari dasar samudera kesulitan yang membuat aku tenggelam dan Buta dari kegembiraan, yang membuat ditelan oleh dosa dan merangkak diperut dosa yang penuh dengan busuknya bangkai kehinaan dalam keadaan Lumpuh dari harapan, akulah hamba yang merangkak diperut dosa.. ditenggelamkan ke dasar Samudera kesulitan ? memanggil manggil Nama Agung Mu.. memanggil manggil satu-satunya gerbang harapan bagi para pendosa.. selamatkan aku dari segala kesulitan.. Tiada Tuhan Selain Engkau.. aku tidak akan menyembah selain Mu.. tidak pula akan sujud pada selain Mu.. penghambaanku hanya untuk Mu.. tidak pula akan memilih Tuhan Lain selain Mu.. bila muncul dihadapanku Tuhan lain dengan menyiapkan seluruh kenikmatan dan kemewahan abadi dihadapanku.. niscaya kuhempaskan dan kutolak seluruh anugerahnya, aku akan berpaling dan berlari kepada Mu.. Menuju Tuhanku Yang Maha Tunggal, Tetap Engkau Maha Tunggal Tuhanku.. hanya Engkau Rabbiy.. hanya Engkau Pilihanku.. hanya Engkau.. Maha Suci Engkau dengan segala kesucian.. maka singkirkanlah segala kesulitan ini sebagaimana Ibu yang menepiskan bekas noda dari wajah bayinya.. Rabbiy.. Rabbiy.. Sungguh aku telah berbuat kedhaliman.. sungguh aku telah mengingkari perintah Mu.. namun kemana aku akan pergi menyelamatkan diri kalau bukan kepada Mu ! Demi Keluhuran Muhammad saw.. Demi Munajat Muhammad saw.. Demi Keindahan Muhammad saw.. Demi Kewibawaan Muhammad saw.. Demi Mukjizat Muhammad saw.. Demi Syafaat Muhammad saw.. Yang kesemua itu mencerminkan Keindahan Mu dan Kesempurnaan Mu Rabbiy, Maka Maha Suci Engkau dan Puji atas Mu Tuhan sekalian Alam...

Daftar Pustaka : //book of "KENALILAH AQIDAHMU" From Guru Mulia Al Habib Munzir bin Fuad Almusawa.// www.MajelisRasulullah.org

Minggu, 23 Desember 2012

PROSES PENGOLAHAN MINYAK MENTAH !



PROSES PENGOLAHAN MINYAK MENTAH


Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak disel, minyak tanah (kerosene). Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu, pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar.

PROSES PENGOLAHAN DI DALAM KILANG MINYAK.

 
Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan belum diproses umumnya tidak begitu bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam kilang minyak.
Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang bermanfaat.
Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:
  • Proses Distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih; Proses ini berlangsung di Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.
  • Proses Konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah:
  • Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.
  • Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.
Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.

PROSES DISTILASI.


 
Tahap awal proses pengilangan berupa proses distilasi (penyulingan) yang berlangsung di dalam Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Distilasi Vacuum. Di kedua unit proses ini minyak mentah disuling menjadi fraksi-fraksinya, yaitu gas, distilat ringan (seperti minyak bensin), distilat menengah (seperti minyak tanah, minyak solar), minyak bakar (gas oil), dan residu. Pemisahan fraksi tersebut didasarkan pada titik didihnya.
Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya terdapat tray-tray yang berfungsi memisahkan dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas. Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara fraksi-fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di bagian-bagian kolom yang lebih atas.
Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh dari kolom distilasi ini akan diproses lebih lanjut di unit-unit proses yang lain, seperti: Fluid Catalytic Cracker, dll.

PRODUK - PRODUK KILANG MINYAK.

Produk-produk utama kilang minyak adalah:
Daftar Pustaka .... http://id.wikipedia.org/wiki/Kilang_minyak 

 

Kamis, 13 Desember 2012

Si Manis yang memabukkan *wine*

Anggur ( Wine ) adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari anggur jenis Vitis vinifera yang biasanya hanya tumbuh di area 30 hingga 50 derajat lintang utara dan selatan. Minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah lain yang kadar alkoholnya berkisar di antara 8% hingga 15% biasanya disebut sebagai wine buah (fruit wine).
Anggur dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur. Ada beberapa jenis minuman anggur yaitu, Red Wine, White Wine, Rose Wine, Sparkling Wine, Sweet Wine, dan Fortified Wine:


  • Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
  • White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
  • Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan proses pembuatan Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran antara White Wine dan Red Wine.
  • Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
  • Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi (residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
  • Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Manusia telah membuat minuman anggur sejak sekitar lima ribu tahun yang lalu.
Anggur adalah minuman yang populer di banyak negara. Negara-negara yang penduduknya meminum anggur paling banyak (menggunakan data tahun 2000) adalah: Perancis, Italia, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Argentina, Britania Raya, Republik Rakyat Cina, Rusia, dan Rumania.
Jika tolok ukur yang digunakan adalah angka per orang atau per kapita, daftar tersebut menjadi: Luxemburg, Perancis, Italia, Portugal, Kroasia, Swiss, Spanyol, Argentina, Uruguay, dan Slovenia.
Anggur dibuat di banyak negara. Negara-negara yang membuat anggur terbanyak (menggunakan data tahun 2000) adalah: Perancis, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Argentina, Jerman, Australia, Afrika Selatan, Portugal, dan Chili.
Satu-satunya wine buatan Indonesia yang dibuat dari anggur lokal adalah Hatten Wines dengan merk dagang TWOislands.


WINE ICE CREAM, Si Manis yang Memabukkan.




Ada kabar gembira untuk para pecinta wine dan es krim. Saat ini Mercer mengeluarkan produknya yang terbaru, yaitu Mercer's Wine Ice Cream.
Jangan berpikir bahwa ini hanyalah es krim rasa wine atau wine rasa es krim. Mercer's WIne Ice Cream adalah alkohol hingga lima persen yang bercampur dengan es krim. Anda bisa merasakan manisnya es krim, sekaligus alkohol yang bisa membuat mabuk.
Wine Ice Cream ini dibuat dengan berbagai rasa, antara lain Cherry Merlot, Chocolate Cabernet, Red Raspberry Chardonnay, Peach White Zinfadel, dan Riesling, seperti dilansir oleh Foodbeast (02/12).
Sayangnya Anda masih belum bisa mencicipi rasanya jika berada di Indonesia. Untuk saat ini, Mercer's Ice Cream hanya tersedia di Amerika Serikat.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Rabiatul Adawiyah - sebenar-benarnya kisah cinta sejati !


Shalatlah kamu jika tidak kau akan masuk neraka dan neraka itu adalah api yang menyala-nyala dan siksaan yang pedih, maka taatilah perintah Allah kelak kau akan dimasukan kedalam surga yang didalamnya ada air mengalir dan kebahagiaan abadi akan menertaimu. begitulah kalimat yang  kita dengar kebanyakan disektar kita. kalau ditilik dari kalimat diatas maka  kita akan mendapatkan kesan bahwa orang melaksanakan perintah itu karena “takut” bukan karena cinta. jadi orang yang melaksanaknya pun karena terpaksa dan orang yang terpaksa biasanya melakukan sesuatu tidak dengan sepenuh hati dan pasti tidak sungguh-sungguh.

Mengapa kita tidak mengajarkan untuk melakukan sesuatu karena cinta, seperti contohnya seorang sufi wanita yang terkenal Rabiatul Adawiyah yang terkenal kisahnya dia berlari membawa obor dan bejana berisi air lalu salah seorang sahabat bertanya “ya kekasih Allah apakah yang hendak kau lakukan, dan apakah yang ada dikedua tanganmu itu”, lalu Rabiatul Adawiyah semoga Allah meninggikan derajatnya disisiNya, “aku membawa bejana berisi Air dan Obor”, lalu sahabat tertegun dan bingung dengan apa yang dibawa sang Sufi tersebut seraya bertanya”Wahai Rabiatul Adawiyah  hendak kau apakankah kedua benda tersebut” lalu sang sufi itu menjawab”ketahuilah wahai sahabatku aku membawa bejana berisi air aku ingin memadamkan neraka, supaya tidak adalagi orang yang beribadah karena takut dengan ap neraka sehingga orang beribadah karena cinta bukan karena takut, dan aku membawa api obor ini aku ingin membakar surga supaya tidak ada lagi orang yang beribadah karena ingin mendapatkan hadiah yaitu surga, aku ingin orang beribadah karena cinta bukan karena ingin mendapatkan sesuatu.
Begitulah keagungan cinta seorang Sufi wanita yang begitu mencintai Allah SWT azza wajalla Sang Kholik yang menjadi cinta sejatinya. dan dalam suatu kisahnya juga ketika para sahabat kasihan melihat sang Sufi hidup seorang diri lalu para sahabat bersepakat untuk memperkenalkan salah seoran Ulama yang terkenal waktu itu yang bernama Hasan Basri (maaf kalau namanya salah mohon dikoreksi karena saya pernah membaca tapi saya lupa namanya) yaitu orang yang sangat Sholeh,Alim, tampan dan Akhlaknyapun sangat baik, dan ketika Ulama tersebut hendak meminang sang Sufi itu menjawab ya tuanku engkau adalah laki2 terbaik dinegerimu akhlakmu adalah al-Quran dan budi pekertimu adalah seperti para nabi ,wanita mana yang tidak terpikat oleh kesholehanmu,kepandaian dan ketampananmu andai saja aku tidak mempunyai kekasih pasti aku akan menerima pinanganmu tapi aku takut ada cinta yang lain dihatiku selain cintaNYa. para sahabat bingung dan saling menoleh karena mereka bingung ketika sang Sufi itu menjawab bahwa dia sudah mempunyai kekasih , padahal seperti mereka tahu semua bahwa Rabiatul Adawiyah adalah seorang ahli ibadah dan mereka tidak pernah melihat sang sufi itu mempunyai seorang kekasih karena yang dikerjakannya hanya ibadah dan ibadah. lalu salah seorang sahabat bertanya”ya Rabiah apakah benar engkau telah mempunyai kekasih, bukankah selama ini kami melihat tidak ada yang engkau lakukan kecuali ibadah dan kami tak pernah melihat atau bahkan mendengar siapa kekasih mu itu”.
Lalu rabiah menjawab kekasihku adalah Allah yang maha perkasa,yang maha gagah, tiada sesuatupun menyerupainya, aku taku menduakanNya, aku takut hatiku terbelah selain untukNya, aku takut tidak dapat membahagiakan orang yang menjadi kekasihku bila aku menerima pinangannya. karena cintaku hanya milikNya.
 
Begitulah sepenggal kehidupan seoran sufi wanita yang rela melajang sampai akhir khayatnya karena cinta sejatinya kepada Rabbnya, marilah mulai saat ini kita melakukan sesuatu karena cinta bukan karena takut atau pamrih, sehingga yang kita lakukan adalah sebuah ketulusan dan keikhlasan...Subhanallah !

Kisah Layla dan Majnun !

Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan Anugerah kepada mereka berdua. “Mengapa tidak?” jawab sang kepala suku. “Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya.”
Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka. “Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami.”

Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian dan kekaguman. Sejak awal, Qais telahmemperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan musik, menggubah syair dan melukis.
Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini.
Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa. Rambut dan matanya sehitam malam; karena alasan inilah mereka menyebutnya Laila-”Sang Malam”. Meski ia baru berusia dua belas tahun, sudah banyak pria melamarnya untuk dinikahi, sebab-sebagaimana lazimnya kebiasaan di zaman itu, gadis-gadis sering dilamar pada usia yang masih sangat muda, yakni sembilan tahun.
Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi tempat belajar. Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu. Ketika guru sedang mengajar, mereka saling berpandangan. Ketika tiba waktunya menulis pelajaran, mereka justru saling menulis namanya di atas kertas. Bagi mereka berdua, tak ada teman atau kesenangan lainnya. Dunia kini hanyalah milik Qais dan Laila.
Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka, mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan Beban malu pada masyarakat sekitar.
Ketika Laila tidak ada di ruang kelas, Qais menjadi sangat gelisah sehingga ia meninggalkan sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan memanggil-manggil namanya. Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan. Ia hanya berbicara tentang Laila dan tidak juga menjawab pertanyaan orang-orang kecuali bila mereka bertanya tentang Laila. Orang-orang pun tertawa dan berkata, ” Lihatlah Qais , ia sekarang telah menjadi seorang majnun, gila!”
Akhirnya, Qais dikenal dengan nama ini, yakni “Majnun”. Melihat orang-orang dan mendengarkan mereka berbicara membuat Majnun tidak tahan. Ia hanya ingin melihat dan berjumpa dengan Laila kekasihnya. Ia tahu bahwa Laila telah dipingit oleh orang tuanya di rumah, yang dengan bijaksana menyadari bahwa jika Laila dibiarkan bebas bepergian, ia pasti akan menjumpai Majnun. Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Laila dan membangun sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Laila. Sepanjang hari Majnun duduk-duduk di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju desa itu. Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Laila. Ia menyapa burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Laila serta memberitahunya bahwa ia dekat.
Ia menghirup angin dari Barat yang melewati desa Laila. Jika kebetulan ada seekor anjing tersesat yang berasal dari desa Laila, ia pun memberinya makan dan merawatnya, mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya anjing itu pergi jika memang mau demikian. Segala sesuatu yang berasal dari tempat kekasihnya dikasihi dan disayangi sama seperti kekasihnya sendiri.
Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang betapa ia sangat kehilangan dirinya.
Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang datang mengunjunginya demikian terharu oleh penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka bertekad embantunya untuk berjumpa kembali dengan Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka dan Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar sebagai wanita. Dengan mudah mereka melewati wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil masuk ke pintu kamarnya.
Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti masuk sekolah, Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais. Yang cukup mengherankan, setiap kali ia mendengar burung-burung berkicau dari jendela atau angin berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari membayangkan bahwa ia mendengar suara Qais didalamnya. Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh angin atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah berbicara kepada siapa pun, bahkan juga kepada sahabat-sahabat terbaiknya, tentang cintanya.
Pada hari ketika Majnun masuk ke kamar Laila, ia merasakan kehadiran dan kedatangannya. Ia mengenakan pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya dibiarkan lepas tergerai dan disisir dengan rapi di sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam, sebagaimana kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam yang disebut surmeh. Bibirnya diberi lipstick merah, dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta menampakkan kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu dan menunggu.
Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun sudah diberitahu bahwa Majnun akan datang, ia tidak percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi. Majnun berdiri di pintu selama beberapa menit, memandangi, sepuas-puasnya wajah
Laila. Akhirnya, mereka bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun, kecuali detak jantung kedua orang yang dimabuk cinta ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu.
Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat sahabat-sahabat Majnun di luar kamar tuan putrinya. Ia mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang pengawal. Namun, ketika ibu Laila datang menyelidiki, Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit bagi mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya menceritakan segala sesuatunya.
Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan para pengawal di setiap pintu di rumahnya. Tidak ada jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah Laila, bahkan dari kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya berpikiran bahwa, dengan
bertindak hati-hati ini ia bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama lain, sungguh ia salah besar.
Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun
disambut dengan sangat baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang kebahagiaan anak-anak mereka. Ayah Majnun lebih dulu berkata, “Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal yang sangat penting bagi kebahagiaan, yaitu
“Cinta dan Kekayaan”.
Anak lelakiku mencintai anak perempuanmu, dan aku bisa memastikan bahwa aku sanggup memberi mereka cukup banyak uang untuk mengarungi kehidupan yang bahagia dan menyenangkan. Mendengar hal itu, ayah Laila pun menjawab, “Bukannya aku menolak Qais. Aku percaya kepadamu, sebab engkau pastilah seorang mulia dan terhormat,” jawab ayah Laila. “Akan tetapi, engkau tidak bisa menyalahkanku kalau aku berhati-hati dengan anakmu. Semua orang tahu perilaku abnormalnya. Ia berpakaian seperti seorang pengemis. Ia pasti sudah lama tidak mandi dan iapun hidup bersama hewan-hewan dan menjauhi orang banyak. “Tolong katakan kawan, jika engkau punya anak perempuan dan engkau berada dalam posisiku, akankah engkau memberikan anak perempuanmu kepada anakku?”
Ayah Qais tak dapat membantah. Apa yang bisa dikatakannya? Padahal, dulu anaknya adalah teladan utama bagi awan-kawan sebayanya? Dahulu Qais adalah anak yang paling cerdas dan berbakat di seantero Arab? Tentu saja, tidak ada yang dapat dikatakannya. Bahkan, sang ayahnya sendiri susah untuk mempercayainya. Sudah lama orang tidak mendengar ucapan bermakna dari Majnun. “Aku tidak akan diam berpangku tangan dan melihat anakku menghancurkan dirinya sendiri,”
pikirnya. “Aku harus melakukan sesuatu.”
Ketika ayah Majnun kembali pulang, ia menjemput anaknya, Ia mengadakan pesta makan malam untuk menghormati anaknya. Dalam jamuan pesta makan malam itu, gadis-gadis tercantik di seluruh negeri pun diundang. Mereka pasti bisa
mengalihkan perhatian Majnun dari Laila, pikir ayahnya. Di pesta itu, Majnun diam dan tidak mempedulikan tamu-tamu lainnya. Ia duduk di sebuah sudut ruangan sambil melihat gadis-gadis itu hanya untuk mencari pada diri mereka berbagai
kesamaan dengan yang dimiliki Laila.
Seorang gadis mengenakan pakaian yang sama dengan milik Laila; yang lainnya punya rambut panjang seperti Laila, dan yang lainnya lagi punya senyum mirip Laila. Namun, tak ada seorang gadis pun yang benar-benar mirip dengannya,
Malahan, tak ada seorang pun yang memiliki separuh kecantikan Laila. Pesta itu hanya menambah kepedihan perasaan Majnun saja kepada kekasihnya. Ia pun berang dan marah serta menyalahkan setiap orang di pesta itu lantaran berusaha
mengelabuinya.
Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dengan harapan bahwa Allah akan merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini.
Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan Altar Kabah, tetapi apa yang ia mohonkan? “Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal
saja,”Tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup.” Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya.
Usai menunaikan ibadah haji, Majnun yang tidak mau lagi bergaul dengan orang banyak di desanya, pergi ke pegunungan tanpa memberitahu di mana ia berada. Ia tidak kembali ke gubuknya. Alih-alih tinggal dirumah, ia memilih tinggal
direruntuhan sebuah bangunan tua yang terasing dari masyarakat dan tinggal didalamnya. Sesudah itu, tak ada seorang pun yang mendengar kabar tentang Majnun. Orang-tuanya mengirim segenap sahabat dan keluarganya untuk mencarinya.
Namun, tak seorang pun berhasil menemukannya. Banyak orang berkesimpulan bahwa Majnun dibunuh oleh binatang-binatang gurun sahara. Ia bagai hilang ditelan bumi.
Suatu hari, seorang musafir melewati reruntuhan bangunan itu dan melihat ada sesosok aneh yang duduk di salah sebuah tembok yang hancur. Seorang liar dengan rambut panjang hingga ke bahu, jenggotnya panjang dan acak-acakan, bajunya
compang-camping dan kumal. Ketika sang musafir mengucapkan salam dan tidak beroleh jawaban, ia mendekatinya. Ia melihat ada seekor serigala tidur di kakinya. “Hus” katanya, ‘Jangan bangunkan sahabatku.” Kemudian, ia mengedarkan
pandangan ke arah kejauhan.
Sang musafir pun duduk di situ dengan tenang. Ia menunggu dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Akhimya, orang liar itu berbicara. Segera saja ia pun tahu bahwa ini adalah Majnun yang terkenal itu, yang berbagai macam perilaku anehnya
dibicarakan orang di seluruh jazirah Arab. Tampaknya, Majnun tidak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan binatang-binatang buas dan liar. Dalam kenyataannya, ia sudah menyesuaikan diri dengan sangat baik sehingga lumrah-lumrah saja melihat dirinya sebagai bagian dari kehidupan liar dan buas itu.
Berbagai macam binatang tertarik kepadanya, karena secara naluri mengetahui bahwa Majnun tidak akan mencelakakan mereka. Bahkan, binatang-binatang buas seperti serigala sekalipun percaya pada kebaikan dan kasih sayang Majnun. Sang
musafir itu mendengarkan Majnun melantunkan berbagai kidung pujiannya pada Laila. Mereka berbagi sepotong roti yang diberikan olehnya. Kemudian, sang musafir itu pergi dan melanjutkan petjalanannya.
Ketika tiba di desa Majnun, ia menuturkan kisahnya pada orang-orang. Akhimya, sang kepala suku, ayah Majnun, mendengar berita itu. Ia mengundang sang musafir ke rumahnya dan meminta keteransran rinci darinya. Merasa sangat gembira dan
bahagia bahwa Majnun masih hidup, ayahnya pergi ke gurun sahara untuk menjemputnya.
Ketika melihat reruntuhan bangunan yang dilukiskan oleh sang musafir itu, ayah Majnun dicekam oleh emosi dan kesedihan yang luar biasa. Betapa tidak! Anaknya terjerembab dalam keadaan mengenaskan seperti ini. “Ya Tuhanku, aku mohon agar
Engkau menyelamatkan anakku dan mengembalikannya ke keluarga kami,” jerit sang ayah menyayat hati. Majnun mendengar doa ayahnya dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan bersimpuh dibawah kaki ayahnya, ia pun menangis, “Wahai ayah, ampunilah aku atas segala kepedihan yang kutimbulkan pada dirimu. Tolong lupakan bahwa engkau pernah mempunyai seorang anak, sebab ini akan meringankan Beban kesedihan ayah. Ini sudah nasibku mencinta, dan hidup hanya untuk mencinta.” Ayah dan anak pun saling berpelukan dan menangis. Inilah pertemuan terakhir mereka.
Keluarga Laila menyalahkan ayah Laila lantaran salah dan gagal menangani situasi putrinya. Mereka yakin bahwa peristiwa itu telah mempermalukan seluruh keluarga. Karenanya, orangtua Laila memingitnya dalam kamamya. Beberapa sahabat Laila diizinkan untuk mengunjunginya, tetapi ia tidak ingin ditemani. Ia berpaling kedalam hatinya, memelihara api cinta yang membakar dalam kalbunya.
Untuk mengungkapkan segenap perasaannya yang terdalam, ia menulis dan menggubah syair kepada kekasihnya pada potongan-potongan Kertas kecil. Kemudian, ketika ia diperbolehkan menyendiri di taman, ia pun menerbangkan potongan-potongan Kertas kecil ini dalam hembusan angin. Orang-orang yang menemukan syair-syair dalam
potongan-potongan Kertas kecil itu membawanya kepada Majnun. Dengan cara demikian, dua kekasih itu masih bisa menjalin hubungan.
Karena Majnun sangat terkenal di seluruh negeri, banyak orang datang mengunjunginya. Namun, mereka hanya berkunjung sebentar saja, karena mereka tahu bahwa Majnun tidak kuat lama dikunjungi banyak orang. Mereka mendengarkannya
melantunkan syair-syair indah dan memainkan serulingnya dengan sangat memukau. Sebagian orang merasa iba kepadanya; sebagian lagi hanya sekadar ingin tahu tentang kisahnya. Akan tetapi, setiap orang mampu merasakan kedalaman cinta dan
kasih sayangnya kepada semua makhluk. Salah seorang dari pengunjung itu adalah seorang ksatria gagah berani bernama ‘Amar, yang berjumpa dengan Majnun dalam perjalanannya menuju Mekah. Meskipun ia sudah mendengar kisah cinta yang sangat terkenal itu di kotanya, ia ingin sekali mendengarnya dari mulut Majnun sendiri.
Drama kisah tragis itu membuatnya sedemikian pilu dan sedih sehingga ia bersumpah dan bertekad melakukan apa saja yang mungkin untuk mempersatukan dua kekasih itu, meskipun ini Berarti menghancurkan orang-orang yang menghalanginya!
Kaetika Amr kembali ke kota kelahirannya, Ia pun menghimpun pasukannya. Pasukan ini Berangkat menuju desa Laila dan menggempur suku di sana tanpa ampun. Banyak orang yang terbunuh atau terluka.
Ketika pasukan ‘Amr hampir memenangkan pertempuran, ayah Laila mengirimkan pesan kepada ‘Amr, “Jika engkau atau salah seorang dari prajuritmu menginginkan putriku, aku akan menyerahkannya tanpa melawan. Bahkan, jika engkau ingin
membunuhnya, aku tidak keberatan. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kuterima, jangan minta aku untuk memberikan putriku pada orang gila itu”.
Majnun mendengar pertempuran itu hingga ia bergegas kesana. Di medan pertempuran, Majnun pergi ke sana kemari dengan bebas di antara para prajurit dan menghampiri orang-orang yang terluka dari suku Laila. Ia merawat mereka dengan penuh perhatian dan melakukan apa saja untuk meringankan luka mereka.
Amr pun merasa heran kepada Majnun, ketika ia meminta penjelasan ihwal mengapa ia membantu pasukan musuh, Majnun menjawab, “Orang-orang ini berasal dari desa kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi musuh mereka?” Karena sedemikian bersimpati kepada Majnun, ‘Amr sama sekali tidak bisa memahami hal ini. Apa yang dikatakan ayah Laila tentang orang gila ini akhirnya membuatnya sadar. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur dan segera meninggalkan desa itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Majnun.
Laila semakin merana dalam penjara kamarnya sendiri. Satu-satunya yang bisa ia nikmati adalah berjalan-jalan di taman bunganya. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju taman, Ibn Salam, seorang Bangsawan kaya dan berkuasa, melihat Laila dan serta-merta jatuh cinta kepadanya. Tanpa menunda-nunda lagi, ia segera mencari ayah Laila. Merasa lelah dan sedih hati karena pertempuran yang baru saja menimbulkan banyak orang terluka di pihaknya, ayah Laila pun menyetujui perkawinan itu. Tentu saja, Laila menolak keras. Ia mengatakan kepada ayahnya, “Aku lebih senang mati ketimbang kawin dengan orang itu.” Akan tetapi, tangisan dan permohonannya tidak digubris. Lantas ia mendatangi ibunya, tetapi sama saja keadaannya. Perkawinan pun berlangsung dalam waktu singkat. Orangtua Laila merasa lega bahwa seluruh cobaan berat akhirnya berakhir juga.
Akan tetapi, Laila menegaskan kepada suaminya bahwa ia tidak pernah bisa mencintainya. “Aku tidak akan pernah menjadi seorang istri,” katanya. “Karena itu, jangan membuang-buang waktumu. Carilah seorang istri yang lain. Aku yakin, masih ada banyak wanita yang bisa membuatmu bahagia.” Sekalipun mendengar kata-kata dingin ini, Ibn Salam percaya bahwa, sesudah hidup bersamanya beberapa waktu larnanya, pada akhirnya Laila pasti akan menerimanya. Ia tidak mau memaksa
Laila, melainkan menunggunya untuk datang kepadanya.
Ketika kabar tentang perkawinan Laila terdengar oleh Majnun, ia menangis dan meratap selama berhari-hari. Ia melantunkan lagu-Iagu yang demikian menyayat hati dan mengharu biru kalbu sehingga semua orang yang mendengarnya pun ikut
menangis. Derita dan kepedihannya begitu berat sehingga binatang-binatang yang berkumpul di sekelilinginya pun turut bersedih dan menangis. Namun, kesedihannya ini tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba Majnun merasakan kedamaian dan
ketenangan Batin yang aneh. Seolah-olah tak terjadi apa-apa, ia pun terus tinggal di reruntuhan itu. Perasaannya kepada Laila tidak berubah dan malah menjadi semakin lebih dalam lagi.
Dengan penuh ketulusan, Majnun menyampaikan ucapan selamat kepada Laila atas perkawinannya: “Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku,
sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa ada seseorang yang, meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu, Laila”.
Sebagai jawabannya, Laila mengirimkan sebuah Anting-anting sebagai tanda pengabdian tradisional. Dalam surat yang disertakannya, ia mengatakan, “Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian
lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu” . “Kini, aku harus
menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?.
Tahun demi tahun berlalu, dan orang-tua Majnun pun meninggal dunia. Ia tetap tinggal di reruntuhan bangunan itu dan merasa lebih kesepian ketimbang sebelumnya. Di siang hari, ia mengarungi gurun sahara bersama sahabat-sahabat
binatangnya. Di malam hari, ia memainkan serulingnya dan melantunkan syair-syairnya kepada berbagai binatang buas yang kini menjadi satu-satunya pendengarnya. Ia menulis syair-syair untuk Laila dengan ranting di atas tanah.
Selang beberapa lama, karena terbiasa dengan cara hidup aneh ini, ia mencapai kedamaian dan ketenangan sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu pun yang sanggup mengusik dan mengganggunya. Sebaliknya, Laila tetap setia pada cintanya. Ibn Salam tidak pernah berhasil mendekatinya. Kendatipun ia hidup bersama Laila, ia tetap jauh darinya. Berlian dan hadiah-hadiah mahal tak mampu membuat Laila berbakti kepadanya. Ibn Salam sudah tidak sanggup lagi merebut kepercayaan dari istrinya. Hidupnya serasa pahit dan sia-sia. Ia tidak menemukan ketenangan dan kedamaian di rumahnya.
Laila dan Ibn Salam adalah dua orang asing dan mereka tak pernah merasakan hubungan suami istri. Malahan, ia tidak bisa berbagi kabar tentang dunia luar dengan Laila.
Tak sepatah kata pun pernah terdengar dari bibir Laila, kecuali bila ia ditanya. Pertanyaan ini pun dijawabnya dengan sekadarnya saja dan sangat singkat. Ketika akhirnya Ibn Salam jatuh sakit, ia tidak kuasa bertahan, sebab hidupnya tidak menjanjikan harapan lagi. Akibatnya, pada suatu pagi di musim panas, ia pun meninggal dunia. Kematian suaminya tampaknya makin mengaduk-ngaduk perasaan Laila. Orang-orang mengira bahwa ia berkabung atas kematian Ibn Salam,
padahal sesungguhnya ia menangisi kekasihnya, Majnun yang hilang dan sudah lama dirindukannya.
Selama bertahun-tahun, ia menampakkan wajah tenang, acuh tak acuh, dan hanya
sekali saja ia menangis. Kini, ia menangis keras dan lama atas perpisahannya dengan kekasih satu-satunya. Ketika masa berkabung usai, Laila kembali ke rumah ayahnya. Meskipun masih berusia muda, Laila tampak tua, dewasa, dan bijaksana,
yang jarang dijumpai pada diri wanita seusianya. Semen tara api cintanya makin membara, kesehatan Laila justru memudar karena ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri. Ia tidak mau makan dan juga tidak tidur dengan baik selama
bermalam-malam.
Bagaimana ia bisa memperhatikan kesehatan dirinya kalau yang dipikirkannya hanyalah Majnun semata? Laila sendiri tahu betul bahwa ia tidak akan sanggup bertahan lama. Akhirnya, penyakit batuk parah yang mengganggunya selama beberapa
bulan pun menggerogoti kesehatannya. Ketika Laila meregang nyawa dan sekarat, ia masih memikirkan Majnun. Ah, kalau saja ia bisa berjumpa dengannya sekali lagi untuk terakhir kalinya! Ia hanya membuka matanya untuk memandangi pintu
kalau-kalau kekasihnya datang. Namun, ia sadar bahwa waktunya sudah habis dan ia akan pergi tanpa berhasil mengucapkan salam perpisahan kepada Majnun. Pada suatu malam di musim dingin, dengan matanya tetap menatap pintu, ia pun meninggal dunia dengan tenang sambil bergumam, Majnun…Majnun. .Majnun.
Kabar tentang kematian Laila menyebar ke segala penjuru negeri dan, tak lama kemudian, berita kematian Lailapun terdengar oleh Majnun. Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri
selama beberapa hari. Ketika kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Laila. Nyaris tidak sanggup berjalan lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah. Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di kuburan Laila di luar
kota . Ia berkabung dikuburannya selama beberapa hari.
Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan Beban penderitaannya, per1ahan-lahan ia meletakkan kepalanya di kuburan Laila kekasihnya dan meninggal dunia dengan tenang. Jasad Majnun tetap berada di atas kuburan Laila selama
setahun. Belum sampai setahun peringatan kematiannya ketika segenap sahabat dan kerabat menziarahi kuburannya, mereka menemukan sesosok jasad terbujur di atas kuburan Laila. Beberapa teman sekolahnya mengenali dan mengetahui bahwa itu adalah jasad Majnun yang masih segar seolah baru mati kemarin. Ia pun dikubur di samping Laila. Tubuh dua kekasih itu, yang kini bersatu dalam keabadian, kini bersatu kembali.
Konon, tak lama sesudah itu, ada seorang Sufi bermimpi melihat Majnun hadir di hadapan Tuhan. Allah swt membelai Majnun dengan penuh kasih sayang dan mendudukkannya disisi-Nya. Lalu, Tuhan pun berkata kepada Majnun, “Tidakkah engkau malu memanggil-manggil- Ku dengan nama Laila, sesudah engkau meminum Anggur Cinta-Ku?”
Sang Sufi pun Bangun dalam keadaan gelisah. Jika Majnun diperlakukan dengan sangat baik dan penuh kasih oleh Allah Subhana wa ta’alaa, ia pun bertanya-tanya, lantas apa yang terjadi pada Laila yang malang ? Begitu pikiran ini terlintas dalam benaknya, Allah swt pun mengilhamkan jawaban kepadanya, “Kedudukan Laila jauh lebih tinggi, sebab ia menyembunyikan segenap rahasia Cinta dalam dirinya sendiri.”

 Diambil dari Negeri Sufi ( Tales from The Land of Sufis )

Tentang Penulis Laila Majnun, Syaikh Sufi Mawlana Hakim Nizhami qs :
Syaikh Hakim Nizhami qs merupakan penulis sufi terkemuka diabad pertengahan karena dua roman cinta yang menyayat hati, yaitu Laila & Majnun serta Khusrau & Syirin. Kisah sedih Laila & Majnun , dimana Majnun yang Berarti “Tergila-gila akan Cinta”, karena cintanya yang tak sampai pada Laila, akhirnya membuatnya gila. Kisah cinta ini dibaca selama berabad-abad, ratusan tahun jauh sebelum Romeo & Julietnya Wiliam Shakespeare sehingga Kisah Laila & Majnun terkenal sebagai kisah cintanya Persia .