Selasa, 05 Februari 2013

Ilmu Allah Swt Tak Terbatas dan Tak Terdefinisikan







Pernakah terpikir dalam benak kita, berapakah jumlah butir pasir yang ada di pantai? Berapakah jumlah debu yang tersebar di muka bumi? Berapa jumlah sel dan enzim dalam tubuh kita? Berapakah jumlah daun yang  jatuh setiap hari di seluruh daratan? Berapakah jumlah virus dan bakteri yang berkembang di seluruh dunia? Berapakah persisnya jumlah orang yang meninggal dunia dan yang terlahir di seluruh belahan dunia dalam setiap detiknya? Berapakah jumlah ikan dan spesies lainnya yang ada di seluruh lautan? Adakah di antara kita yang tahu persis semuanya itu?

Atau pernakah terlintas dalam ingatan kita, berapakah jumlah bintang-gemintang yang tersebar di gugusan bimasakti di angkasa sana? Berapakah jumlah partikel cahaya yang dihasilkan oleh matahari atau obyek lainnya? Berapakah jumlah ion atau elektron dari setiap benda yang ada? Berapakah jumlah molekul oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan maupu karbon dioksida yang dihasilkan oleh sistem pernafasan manusia maupun binatang lainnya? Berapakah  gerakan benda hidup maupun mati akibat terpaan angin setiap harinya? Berapakah kira-kira luasnya ruang angkasa (space) yang tertampung di depan pandangan kita?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tak akan bisa dijawab oleh siapa pun, kapan dan di mana pun termasuk fisikawan handal mana pun. Tak ada suatu pengetahuan pun hingga saat ini yang bisa memastikan berapa jumlah partikel atau atom dari benda-benda yang ada, baik di sekitar kita maupun di luar sana. Tak ada suatu teori pun yang bisa memberikan kepastian ilmiah pada pikiran dan logika kita. Jika kita tanya, tentu kita akan menjawab “tida tahu”, atau bahwa hal-hal tersebut “tidak terbatas” jumlahnya, atau hanya prakiraan-prakiraan kasar yang kita berikan sebagai jawaban.

Apakah kuantitas keberadaan segala benda dan segala sifatnya yang ada di kolong jagad raya ini sama sekali tidak ada yang mengetahuinya secara pasti? Benarkah bahwa partikel dan atom yang ada ini tidak terbatas jumlahnya? Jika terbatas maka berapakah jumlahnya? Jika terbatas maka berapakah sebenarnya jumlah persisnya? Jika ada yang tahu maka siapakah subyek hebat itu? Jika dia memang tahu, mengapa dia bisa tahu? Jika semesta ini merupakan (obyek) ciptaan oleh suatu subyek, maka pasti ada yang tahu akan kapasitas obyek ciptaan tersebut, yakni tak lain adalah subyek itu sendiri. Sebab,bagaimana mungkin ada obyek tercipta-termasuk kuantitasnya-tanpa diketahui oleh subyeknya?

Jika tidak ada bukti ilmiah dan logis bahwa semesta raya ini tak bermula maka berarti keberadaanya adalah karena diciptakan (bermula). Jika ia di ciptakan maka pasti dengan pengetahuan (ilmu), kehendak dan kemampuan suatu subyek untuk mewujudkannya. Tanpa pengetahuan, kemauan dan kemampuan maka tak suatu subyek pun dapat membuat rencana penciptaan hingga merealisasikannya. Sementara pada kenyataannya keberadaan semesta raya ini merupakan fakta nyata yang ditangkap oleh akal sehat manusia. Kita semua menyaksikan dan merasakan keberadaan semesta-termasuk diri kita sendiri-yang riil ini.

ILMU DAN PENCIPTAAN

Akal merupakan sarana sempurna untuk menangkap dan memahami semesta sebagai sebuah tanda adanya subyek penciptaan. Sebagai sarana untuk memikirkan bagaimana semua ini bisa menjadi ada dan nyata? Jika kehadiran semesta ini bisa dirasakan oleh akal sehat, maka bagaimana akal hanya berhenti pada penyompulan indrawi yang sekuler? Bagaimana akal mengingkari relitas penciptaan? Bagaimana akal bisa ingkar kepada Tuhan Pencipta semesta yang nyata ini?

Jika suatu subyek mempunyai “rencana” untuk menciptakan suatu obyek (ciptaan), maka dia harus mempunyai ilmunya. Artinya dia tahu persis apa yang akan diciptakannya, berapa ukurannya, berapa banyaknya, bagaimana strukturnya, kapan dan dimana akan di wujudkan, tanpa atau dengan bahan apa menciptakannya, apa guna dan fungsinya, “seperti” apa wujudnya apa pengaruhnya bagi obyek lainnya, bagaimana volume dan kualitasnya, bagaimana bentuk dan bagaimana karakteristik dan sifat-sifatnya? Semuanya itu harus diketahui terlebih dahulu.

Di samping pengetahuan (ilmu), maka penciptaan harus mempunyai kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan rencananya tersebut. Kemampuan itu harus merupakan kemampuan yang tidak terbatas untuk mewujudkan segala hal yang bersifat mungkin. Misalnya dari kosong menuju ada, dari sederhana menuju rumit dan kompleks, dari kecil menjadi besar, dari mati menjadi hidup, dari tunggal menjadi struktur dan rangkaian, dari lemah menjadi kuat, dari yang mikros hingga yang kosmos, dari abstrak menjadi kongkret atau membalikkan kondisi-kondisi tersebut.

Dan yang lebih penting lagi, bahwa pengetahuan menciptakan itu adalah tanpa di dahului oleh contoh dan prototype apa pun dan tanpa membutuhkan subyek lain mana pun. Dia tidak memerlukan apa pun dari selain dirinya. Dia harus Maha tahu dan senantiasa tahu tanpa mengalami kelelapan, ke vakuman, kelalaian, kebingungan, kesalahan, lepas kendali atau pengaruh dari pihak manapun. Dengan demikian, maka pengetahuannya adalah absolut tidak terbatas (unlimited). Siapa lagi yang demikian itu kalau bukan Allah SWT Pencipta dan Pengatur semesta raya ini.

Oleh karena pengetahuan Allah SWT tidak terbatas maka tak ada apa pun yang di luar pengetahuan-Nya. Tak sebutir debu pun berpindah tempat kecuali diliputi oleh pengetahuan-Nya. Tidak satu pun perubahan dan mutasi atom yang di luar pengetahuan-Nya. Tak satu pun spesies terlahir atau muncul yang terhindar dari pengetahuan-Nya. Allah SWT berfirman : “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui segala yang ada di darat dan di laut. Tak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS Al-An’am [6]:59)

TAK BERMULA DAN TAK BERAKHIR

Jika pengetahuan kita membutuhkan instrumen yang dibutuhkan seperti panca indra, susunan syaraf hingga memori dalam mainframe otak, membutuhkan proses, kapasitas tertentu dan pada obyek yang terbatas dan sudut pandang tertentu, maka pengetahuan Allah tidak sebagaimana definisi pengetahuan manusia. Ilmu Allah adalah tak bermula dan tak berakhir. Pengetahuan Allah adalah absolut dan tak terbatas. Pengetahuan Allah merupakan eksistensi (“sifat”) yang ada pada-Nya dan tak terjangkau oleh siapa pun.

Pengetahuan manusia merupakan ilmu yang diajarkan dan dianugerahkan oleh Allah SWT kepada mereka. Pengetahuan manusia terwujud melalui proses belajar dan pengalaman serta membutuhkan instrumen yang ada pada sekujur tubuhnya. Pengetahuan manusia – meskipun mampu menemukan teknologi canggih – adalah pengetahuan yang kecil. Dan sering pengetahuan manusia bersifat nisbi dan dari sudut pandang tertentu. Salah satu contoh keterbatasan pengetahuan manusia misalnya pengetahuan tentang nyawa.

Hingga kini atau bahkan sampai kapan pun manusia tak akan pernah bisa mengetahui apa dan bagaimana sesungguhnya nyawa manusia itu. Manusia juga tidak tahu kapan dan di mana dia akan mati? Berapa persis umurnya? Kemana nyawanya akan pergi setelah dia mati? Tak ada satu pun ilmu dan teori manusia yang mampu mendefinisikan secara pasti akan nyawa mereka sendiri. Allah SWT berfirman : “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit” (QS Al-Isra’ [17]:85).
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa obyek ilmu Allah adalah segala hal yang ada. Oleh karenanya maka Allah Maha Tahu akan keberadaan Diri-Nya sendiri, sifat-sifat-Nya dan apa pun yang dikerjakan-Nya. Allah juga Maha Tahu apa yang pantas pada diri-Nya seperti sifat-sifat wajib maupun jaiz,dan kekurangan-kekurangan yang tak layak bagi-Nya. Allah Maha Tahu apa pun yang sudah terjadi, dan yang akan terjadi, dengan persis, akurat dan detail. Bagaimana tidak, jika semua yang terjadi adalah kehendak dan kreasi Allah sendiri? Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Tuhanmu (adalah) Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia ber-istiwa’ atas Arsy. Dia menutup malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah Tuhan seluruh alam” (QS Al-A’raf [7]:54).
Allah SWT Maha Tahu berapa luas dan volume ruang angkasa ini. Berapa persisnya jumlah makhluk yang diciptakan-Nya. Berapa jumlah atom dari setiap benda. Kapan dan dimana setiap makhluk hidup memulai dan berakhir kehidupannya. Kapan alam semesta ini bermula dan kapan pula berakhir kelak? Semuanya ada dalam pengetahuan Allah SWT.

Hukum tata surya, evolusi dan rotasi benda-benda langit hingga gravitasi bumi kita adalah sistem yang telah digariskan dan diselaraskan oleh pengetahuan, kehendak dan kuasa-Nya. Hukum genetika, metabolisme dan hukum reproduksi pada diri kita merupakan sistem kehidupan yang ditetapkan oleh-Nya (sunnatullah) yang tidak bisa kita ubah sesuai kemauan kita. Jika manusia bisa menghindari kehamilan-misalnya-, maka dari itu karena Allah telah menyediakan bahan-bahan kontrasepsi di muka bumi ini untuk manusia. Hal itu tidaklah keluar dari sunnatullah yang universal. Wallahu A’lamu bish-sha-wab ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar