Pernakah terpikir dalam benak kita, berapakah jumlah butir
pasir yang ada di pantai? Berapakah jumlah debu yang tersebar di muka bumi?
Berapa jumlah sel dan enzim dalam tubuh kita? Berapakah jumlah daun yang jatuh setiap hari di seluruh daratan? Berapakah
jumlah virus dan bakteri yang berkembang di seluruh dunia? Berapakah persisnya
jumlah orang yang meninggal dunia dan yang terlahir di seluruh belahan dunia
dalam setiap detiknya? Berapakah jumlah ikan dan spesies lainnya yang ada di
seluruh lautan? Adakah di antara kita yang tahu persis semuanya itu?
Atau pernakah terlintas dalam ingatan kita, berapakah jumlah
bintang-gemintang yang tersebar di gugusan bimasakti di angkasa sana? Berapakah
jumlah partikel cahaya yang dihasilkan oleh matahari atau obyek lainnya?
Berapakah jumlah ion atau elektron dari setiap benda yang ada? Berapakah jumlah
molekul oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan maupu karbon dioksida yang
dihasilkan oleh sistem pernafasan manusia maupun binatang lainnya?
Berapakah gerakan benda hidup maupun
mati akibat terpaan angin setiap harinya? Berapakah kira-kira luasnya ruang
angkasa (space) yang tertampung di depan pandangan kita?
Pertanyaan-pertanyaan di atas tak akan bisa dijawab oleh
siapa pun, kapan dan di mana pun termasuk fisikawan handal mana pun. Tak ada
suatu pengetahuan pun hingga saat ini yang bisa memastikan berapa jumlah
partikel atau atom dari benda-benda yang ada, baik di sekitar kita maupun di
luar sana. Tak ada suatu teori pun yang bisa memberikan kepastian ilmiah pada
pikiran dan logika kita. Jika kita tanya, tentu kita akan menjawab “tida tahu”,
atau bahwa hal-hal tersebut “tidak terbatas” jumlahnya, atau hanya
prakiraan-prakiraan kasar yang kita berikan sebagai jawaban.
Apakah kuantitas keberadaan segala benda dan segala sifatnya
yang ada di kolong jagad raya ini sama sekali tidak ada yang mengetahuinya
secara pasti? Benarkah bahwa partikel dan atom yang ada ini tidak terbatas
jumlahnya? Jika terbatas maka berapakah jumlahnya? Jika terbatas maka berapakah
sebenarnya jumlah persisnya? Jika ada yang tahu maka siapakah subyek hebat itu?
Jika dia memang tahu, mengapa dia bisa tahu? Jika semesta ini merupakan (obyek)
ciptaan oleh suatu subyek, maka pasti ada yang tahu akan kapasitas obyek
ciptaan tersebut, yakni tak lain adalah subyek itu sendiri. Sebab,bagaimana
mungkin ada obyek tercipta-termasuk kuantitasnya-tanpa diketahui oleh
subyeknya?
Jika tidak ada bukti ilmiah dan logis bahwa semesta raya ini
tak bermula maka berarti keberadaanya adalah karena diciptakan (bermula). Jika
ia di ciptakan maka pasti dengan pengetahuan (ilmu), kehendak dan kemampuan
suatu subyek untuk mewujudkannya. Tanpa pengetahuan, kemauan dan kemampuan maka
tak suatu subyek pun dapat membuat rencana penciptaan hingga merealisasikannya.
Sementara pada kenyataannya keberadaan semesta raya ini merupakan fakta nyata
yang ditangkap oleh akal sehat manusia. Kita semua menyaksikan dan merasakan
keberadaan semesta-termasuk diri kita sendiri-yang riil ini.
ILMU DAN
PENCIPTAAN
Akal merupakan sarana sempurna untuk menangkap dan memahami
semesta sebagai sebuah tanda adanya subyek penciptaan. Sebagai sarana untuk
memikirkan bagaimana semua ini bisa menjadi ada dan nyata? Jika kehadiran
semesta ini bisa dirasakan oleh akal sehat, maka bagaimana akal hanya berhenti
pada penyompulan indrawi yang sekuler? Bagaimana akal mengingkari relitas
penciptaan? Bagaimana akal bisa ingkar kepada Tuhan Pencipta semesta yang nyata
ini?
Jika suatu subyek mempunyai “rencana” untuk menciptakan
suatu obyek (ciptaan), maka dia harus mempunyai ilmunya. Artinya dia tahu
persis apa yang akan diciptakannya, berapa ukurannya, berapa banyaknya,
bagaimana strukturnya, kapan dan dimana akan di wujudkan, tanpa atau dengan
bahan apa menciptakannya, apa guna dan fungsinya, “seperti” apa wujudnya apa
pengaruhnya bagi obyek lainnya, bagaimana volume dan kualitasnya, bagaimana
bentuk dan bagaimana karakteristik dan sifat-sifatnya? Semuanya itu harus
diketahui terlebih dahulu.
Di samping pengetahuan (ilmu), maka penciptaan harus
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan rencananya tersebut. Kemampuan
itu harus merupakan kemampuan yang tidak terbatas untuk mewujudkan segala hal
yang bersifat mungkin. Misalnya dari kosong menuju ada, dari sederhana menuju
rumit dan kompleks, dari kecil menjadi besar, dari mati menjadi hidup, dari
tunggal menjadi struktur dan rangkaian, dari lemah menjadi kuat, dari yang
mikros hingga yang kosmos, dari abstrak menjadi kongkret atau membalikkan
kondisi-kondisi tersebut.
Dan yang lebih penting lagi, bahwa pengetahuan menciptakan
itu adalah tanpa di dahului oleh contoh dan prototype apa pun dan tanpa
membutuhkan subyek lain mana pun. Dia tidak memerlukan apa pun dari selain
dirinya. Dia harus Maha tahu dan senantiasa tahu tanpa mengalami kelelapan, ke
vakuman, kelalaian, kebingungan, kesalahan, lepas kendali atau pengaruh dari
pihak manapun. Dengan demikian, maka pengetahuannya adalah absolut tidak
terbatas (unlimited). Siapa lagi yang demikian itu kalau bukan Allah SWT
Pencipta dan Pengatur semesta raya ini.
Oleh karena pengetahuan Allah SWT tidak terbatas maka tak
ada apa pun yang di luar pengetahuan-Nya. Tak sebutir debu pun berpindah tempat
kecuali diliputi oleh pengetahuan-Nya. Tidak satu pun perubahan dan mutasi atom
yang di luar pengetahuan-Nya. Tak satu pun spesies terlahir atau muncul yang
terhindar dari pengetahuan-Nya. Allah SWT berfirman : “Dan kunci-kunci semua
yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui
segala yang ada di darat dan di laut. Tak ada sehelai daun pun yang gugur yang
tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak
pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS Al-An’am [6]:59)
TAK BERMULA
DAN TAK BERAKHIR
Jika pengetahuan kita membutuhkan instrumen yang dibutuhkan
seperti panca indra, susunan syaraf hingga memori dalam mainframe otak,
membutuhkan proses, kapasitas tertentu dan pada obyek yang terbatas dan sudut
pandang tertentu, maka pengetahuan Allah tidak sebagaimana definisi pengetahuan
manusia. Ilmu Allah adalah tak bermula dan tak berakhir. Pengetahuan Allah
adalah absolut dan tak terbatas. Pengetahuan Allah merupakan eksistensi
(“sifat”) yang ada pada-Nya dan tak terjangkau oleh siapa pun.
Pengetahuan manusia merupakan ilmu yang diajarkan dan
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada mereka. Pengetahuan manusia terwujud
melalui proses belajar dan pengalaman serta membutuhkan instrumen yang ada pada
sekujur tubuhnya. Pengetahuan manusia – meskipun mampu menemukan teknologi
canggih – adalah pengetahuan yang kecil. Dan sering pengetahuan manusia
bersifat nisbi dan dari sudut pandang tertentu. Salah satu contoh keterbatasan
pengetahuan manusia misalnya pengetahuan tentang nyawa.
Hingga kini atau bahkan sampai kapan pun manusia tak akan
pernah bisa mengetahui apa dan bagaimana sesungguhnya nyawa manusia itu.
Manusia juga tidak tahu kapan dan di mana dia akan mati? Berapa persis umurnya?
Kemana nyawanya akan pergi setelah dia mati? Tak ada satu pun ilmu dan teori
manusia yang mampu mendefinisikan secara pasti akan nyawa mereka sendiri. Allah
SWT berfirman : “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh.
Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan
hanya sedikit” (QS Al-Isra’ [17]:85).
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa obyek ilmu Allah adalah
segala hal yang ada. Oleh karenanya maka Allah Maha Tahu akan keberadaan
Diri-Nya sendiri, sifat-sifat-Nya dan apa pun yang dikerjakan-Nya. Allah juga
Maha Tahu apa yang pantas pada diri-Nya seperti sifat-sifat wajib maupun
jaiz,dan kekurangan-kekurangan yang tak layak bagi-Nya. Allah Maha Tahu apa pun
yang sudah terjadi, dan yang akan terjadi, dengan persis, akurat dan detail.
Bagaimana tidak, jika semua yang terjadi adalah kehendak dan kreasi Allah
sendiri? Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Tuhanmu (adalah) Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia ber-istiwa’ atas Arsy.
Dia menutup malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan)
matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, segala
penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah Tuhan seluruh alam” (QS
Al-A’raf [7]:54).
Allah SWT Maha Tahu berapa luas dan volume ruang angkasa
ini. Berapa persisnya jumlah makhluk yang diciptakan-Nya. Berapa jumlah atom
dari setiap benda. Kapan dan dimana setiap makhluk hidup memulai dan berakhir
kehidupannya. Kapan alam semesta ini bermula dan kapan pula berakhir kelak?
Semuanya ada dalam pengetahuan Allah SWT.
Hukum tata surya, evolusi dan rotasi benda-benda langit
hingga gravitasi bumi kita adalah sistem yang telah digariskan dan diselaraskan
oleh pengetahuan, kehendak dan kuasa-Nya. Hukum genetika, metabolisme dan hukum
reproduksi pada diri kita merupakan sistem kehidupan yang ditetapkan oleh-Nya
(sunnatullah) yang tidak bisa kita ubah sesuai kemauan kita. Jika manusia bisa
menghindari kehamilan-misalnya-, maka dari itu karena Allah telah menyediakan
bahan-bahan kontrasepsi di muka bumi ini untuk manusia. Hal itu tidaklah keluar
dari sunnatullah yang universal. Wallahu A’lamu bish-sha-wab ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar